Di saat gencar - gencarnya pemberitaan media massa ataupun elektronik dalam memberikan penilaian (baca : opini) atau gambaran tentang film dokumenter "Cowboys in Paradise" karya Amit Virmani, tak bisa dipungkiri bahwa Bali memiliki ragam budaya timur kebarat - baratan, yang berbeda dari kota - kota lain di Indonesia.
Terdengarnya kabar negatif, seperti : kecaman dari warga Bali, hingga geramnya gubernur Bali akibat film dokumenter tersebut tak serta merta mengurangi citra positif akibat film dokumenter tersebut beredar luas di Youtube, sebut saja bahwa masyarakat dunia kini kian mengenal Bali tidak hanya sebagai surga dunia tetapi juga sebagai industri hiburan "Sex" ciamik di dunia.
Sebuah kesempatan istimewa di pagi hari ini, ketika saya diberi ijin untuk mewawancari salah seorang pengusaha Bali, yang sejak kecil hidup sebagai warga Bali. Bli Hendix, begitu sapaan akrab saya kepada beliau.Hendix berpendapat bahwa kejadian tersebut bisa dijadikan bahan introspeksi diri, bagi seluruh warga Bali khususnya dan masyarakat Indonesia. Pengusaha Bali Golf Courses ini juga meyakini bahwa pemeran di film dokumenter tersebut 90% bukan warga Bali. "Coba lihat aja tutur kata atau logatnya dalam film tersebut, dari Bali bukan?", tanyanya padaku.
Banyaknya arus migrasi warga di luar pulau Bali untuk datang ke pantai Kuta : sebut saja warga dari pulau Jawa dan pulau Lombok, semata - mata untuk mencari penghidupan yang layak dari lembaran dollar turis asing. Beragam cara mereka lakukan untuk mendapatkan uang, seperti : menjual jasa pembuatan tatto, pijat, bahkan menyewakan papan selancar bagi para turis. Tak ada yang janggal dari kegiatan positif tersebut, semua terkontrol.
Masalah datang ketika turis di Pantai Kuta yang juga dikenal sebagai pusat Australia, dimana warga Australia suka dengan hingar bingar party, sex, dan mabuk - mabukan di areal pantai, secara tak sengaja melakukan interaksi dengan warga sekitar, dimulai dari bercerita - lalu bercanda - hingga satu sama lain sama - sama interest - hingga bisa ditebak,upss..berakhir pada urusan check ini. Proses tersebut biasanya memakan waktu 2 - 3 hari, dan tidak semudah yang dipikirkan para netter Cempluk Story, langsung ngeSEX terus dapat bayaran dari turis wanita, ujar bli Hendix. Ribet....
Di akhir wawancara, Bli Hendix mengatakan bahwa : Cowboys itu sebenarnya tidak ada, namun karena tuntutan pasar dan perut, para warga luar Bali yang berjuang mencari penghidupan halal, akhirnya mengikuti arus barat. Nah, berarti udah lama dong kegiatan Cowboys ini ? Ya, sebenarnya udah dari kecil saya di Bali, kegiatan tersebut ada, namun bedanya kini dikemas dalam film dokumenter dan dilihat banyak orang melalui internet, makanya baru booming sekarang.
Memang sulit kalau kita sudah bicara tentang kejujuran.
ReplyDeleteiya ya .. memang semua orang itu punya kelemahan bro ..
ReplyDeleteSaya sudah nonton filmnya..menurut saya biasa saja, bahkan klo dibandingkan dengan liputan2 investigasi di tv fenomena gigolo bukan hanya di bali saja, di kota2 besarpun meraja lela, bahkan anda bisa temui di iklan2 koran.
ReplyDeleteThank's For Your Info. Please Visit My Website :
Forex Trading System
Forex Broker Indonesia
Treadmill Running Machine
Membership Site
Latest Technology News
Computer Games Hardware
Marine Electronic
Bisnis Internet
Forex Broker
HDTV Sony Bravia
usaha laundry , bisnis laundry , deterjen laundry , waralaba laundry , franchise laundry , softener laundry , pewangi laundry
ReplyDeletesip gan postnya :)
ReplyDeleteI enjoy reading this blog. Could tell me how I could subscribing with it? By the way I discovered this blog through Aol.
ReplyDeleteterimakasih atas informasinya ..
ReplyDeleteObat Herbal Wasir
Obat Penyakit Wasir